Mobil Listrik China Bisa Bikin Produsen Otomotif Dunia Ketar-ketir
Mobil listrik yang kecil bisa membuat pengaruh pada industri otomotif dunia yang besar. Dilansir dari The Guardian, kekhawatiran produsen mobil lain bukan pada kendaraan listrik yang BYD keluarkan, tetapi harganya yang berpotensi mengganggu industri.
Terbaru ini, BYD meluncurkan hatchback baru mereka yakni Seagull. Mobil tersebut dibanderol dengan harga 69.000 yuan atau Rp 150 jutaan dan penjualan Seagull itu memberikan keuntungan yang signifikan bagi BYD.
Baca Juga:
President of Automotive dari Caresoft Global, Terry Waychowski, mengatakan fase ini merupakan 'peringatan' bagi pelaku di industri otomotif global. Ia menegaskan kepada pelaku industri otomotif untuk siaga dalam persaingan saat ini.
"Ini merupakan peristiwa yang penting," terangnya.
Para produsen asal Amerika, Jerman, maupun Jepang dibuat gelisah dengan ekspansi besar-besaran yang dilakukan oleh BYD. Walaupun Seagull belum dijual di pasar AS, BYD kini tengah mengembangkan produknya itu untuk bisa dinikmati secara global.
Dinamisnya perjalanan BYD di pasar otomotif global tak lepas dari andil investor dan juga dukungan Pemerintah China. Alliance for American Manufacturer (AAM) menyebut produk asal China yang murah didukung kekuatan besar seperti pemerintah, itulah yang AAM klaim bisa menaklukkan pasar AS.
"Diperkenalkannya mobil murah China yang harganya sangat terjangkau itu karena adanya dukungan dari kekuatan besar dan pendanaan dari Pemerintah China. Nantinya itulah yang akan membuat pasar di Amerika seakan 'punah'," tulis laporan tersebut.
Diketahui, BYD telah menjual 1,57 juta mobil listrik baterai pada tahun lalu, naik dari yang hanya 130.970 mobil listrik di tahun 2020. Pertumbuhan tersebut melampaui Tesla untuk menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di dunia pada akhir tahun 2023.
Elon Musk pun selaku pemilik Tesla pernah mengatakan kebangkitan BYD dan produsen China lainnya bisa 'menghancurkan' pesaing globalnya tanpa hambatan. Bahkan Bernstein pernah melaporkan pertumbuhan BYD, termasuk penjualan non-EV disebabkan oleh pengiriman lebih banyak kendaraan ke luar China.
Penjualan di pasar luar negeri menyumbang sekitar 10%, lebih besar dari tahun lalu yang hanya terjual 3 juta unit.
Sementara itu, masuk ke pasar Asia Tenggara dan salah satunya Indonesia, BYD merencanakan akan mendirikan pabrik dan akan merakit secara lokal atau completely knock down (CKD).
Hal tersebut sempat diutarakan tahun lalu oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan pada Seminar Nasional IKAXA 2023, Jakarta (14/9/2023). Sebelum pabriknya rampung, BYD diperbolehkan untuk melakukan completely built up (CBU) atau impor dari negara asalnya.
"Iya (BYD akan CKD). Jadi nanti mereka selama construction (pabrik) boleh impor beberapa banyak (kendaraan), (tetapi) ada kuotanya," ucap Luhut.
Tengah dipamerkan baru-baru ini di Bangkok International Motor Show 2024, BYD Seagull di pasar China dibanderol seharga Rp 170 juta hingga sekitar Rp 200 jutaan. Dan untuk pasar Indonesia Seagull masih harus menunggu waktu. Saat ini BYD di Indonesia masih hadir dalam tiga produk yakni BYD Dolphin, Atto 3, dan Seal.