Kepada Bung Medan
Bung,
Mengenalmu
Baca Juga:
mendengar irama yang tak biasa
melihat diksi-diksi yang menabrak pakem syair dan rima
mendengar Kesepian yang Mengoyak-Ngoyak
melihat Binatang Jalang yang Terbuang
mendengar Cemara Jatuh yang Menderai
melihat Luka dan Bisa yang kau bawa berlari
Aku membaca
hidup adalah gairah perlawanan
melawan batas
melawan kalah
melawan kesepian
Aku mengetahui
ada sajak-sajak yang belum selesai
ada suara-suara yang tak sampai
ada cinta yang tak sempat terucapi
ada sakit yang terus menggerogoti
lalu bagaimana aku maknai bahwa hidup hanyalah menunda kekalahan?
sedang kau ingin hidup seribu tahun lagi
bahwa hidup adalah pelarian
lalu kau bakar sepi dan kesendirian
pada alkohol dan pelacur-pelacur di pinggir jalan
bahwa hidup adalah keterasingan
pada malam
pada perih
pada dinding kamar yang selalu sunyi
lalu akhirnya kau melafal doa
termangu
menyebut AsmaNya
mengetuk PintuNya
Bung, pada waktumu yang t’lah sampai
Aku Mengenangmu
pada Aku,
pada Semangat,
pada Diponegoro yang membara menyala
pada romansa Taman yang kau syukuri
pada sakit yang tak kunjung usai
kudengar Asma Tuhan yang terus berkumandang
pada Nisan yang pernah kau nukil
lalu kini tertanam
di liang pembaringanmu
Bung,
diujung asa
dalam derita
kau sudah lewati batas
semoga kau damai
dan tak Sia-Sia
Rantauprapat, 5 April 2021
Halmi Hasibuan