Ini Kabupaten Termiskin Nomor Dua di Provinsi Jawa Tengah, Yuk Simak Penjelasannya
Terkait masalah ini, timbulat.co.idbersama pemerhati masalah sosial Kabupaten Pemalang,
Nordin Iskak (56) membahas dalam sambungan teleponnya pada Selasa malam
(27/6/23). Nordin Iskak mengatatakan masalah kemiskinan sosial di Kabupaten
Pemalang ini, secara sosiologis masuk dalam kategori Pathalogis, di mana
penyebab persoalannya sangat kompleks, tidak hanya sekedar masalah ekonomi akan
tetapi harus diakui yang mendominasi persoalannya adalah tingkat kemiskinan dan
pendidikan yang masih rendah.
Baca Juga:
Baca Juga :Anak Jalanan dan PGOT Masih menjadi Masalah Sosial di Kabupaten Pemalang
"Kalau dilihat dari strata Indek
Prestasi Manusia (IPM) dengan indikator Pendidikan, Ekonomi dan Kesehatan maka
Kabupaten Pemalang dibandingkan 35 kabupaten / kota di provinsi Jawa Tengah
masuk dalam urutan ke dua dari bawah, setelah Kabupaten Brebes," kata Nordin.
Baca Juga :Arogan, AKBP Achiruddin Hasibuan Tampar Tangan Wartawan
"Sedangkan tingkat kemiskinan
absolut masih besar, diatas 50 persen dari jumlah penduduk kurang lebih
1.500.000 jiwa. Padahal jumlah luasan tanahnya masuk 10 besar di Jawa Tengah
dimana mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar juga sangat tergantung
pada agraris yang bersifat ekstratif, artinya mata pencaharian sangat
tergantung pada faktor alam," imbuhnya.
Nordin Iskak juga mengatakan, faktor
alam itu antara lain, pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan. Dimana
kerja-kerja hariannya, bisa dapat rejeki banyak, sedikit atau bahkan tidak
dapat sama sekali.
Baca Juga :Air Keramat Sumur Syeh Maulana Samsudin, Diyakini Dapat Mengobati Berbagai Penyakit
"Sementara istri, anak dan cucunya
di rumah sambil menunggu nafkah lahir dari sang ayah yang belum tentu
pendapatannya. Lalu kalau tidak mendapatkan pendapatan akan makan apa ?," kata
Nordin.
Disitulah titik letak awal persolan
sosial mulai muncul, yang menyebabkan dan mengakibatkan persoalan-persoalan
lain terkena dampak sosialnya, broken home, pergaulan bebas, kesenjangan
ekonomi antara si kaya dan si miskin hingga kurangnya anak perhatian orang tua
kepada anaknya (anak kurang asuh dari orang tuanya).
Banyaknya pengangguran serta pola
hidup konsumtif, sementara gaya hidup yang agraris mulai ditinggalkan oleh
anak-anak muda (ABG) di pedesaan, dimana dari 2223 desa / kelurahan, 80
persennya jumlah penduduknya ada di pedesaan dan ABG-nya sudah terkontaminasi
gaya hidup yang serba instan.Sehingga mengakibatkan tidak betah hidup di rumah
/ didesanya, maka wajar terjadi urbanisasi ke kota-kota besar terutama
Jakarta.
Itulah yang dinamakan
stagnasi-sosial dimana kalau tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan
A-sosial, dimana anak-anak ABG mulai terjadi pemberontakan sosial dalam rangka
mencari jati diri sebagai remaja. Kalau tidak pas, maka mereka akan mencari
kawan-kawan senasib dan sepenanggungan dan terjadilah dinamika sosial yang terbentuk
dalam IN-GRUP apakah yang bernama kelompok punk atau kelompok anak-anak jalanan
yang spesifikasi kehidupannya berada di prapatan / trafigh ligh.
Baca Juga :Pemalang Digrebek Warga">Kembali Sarang Pengedar Obat Terlarang di Pemalang Digrebek Warga
"Suka memaksakan diri nyetop mobil
dan truck dengan resiko sangat membahayakan, bisa dilihat dan diamati ciri
khasnya kelompok tersebut, mempunyai atribut dan baju yang dipakai sangat
ekstrim dan bagaikan gaya pemberontakan dan anti kemapanan," pungkasnya.
Pun begitu, kat Nordin, disinilah
kita harus arif dalam menilai dan sebagai solusi terhadap anak-anak bangsa
tersebut, tidak cukup menyandarkan pada amanat UUD 1945 saja, dimana
menempatkan pemerintah sebagai pengampu, akan tetapi kita harus bersama-sama
secara integrated dan sinergitas dengan atau bersama masyarakat untuk
bertanggung jawab mengatasi masalah sosial tersebut.
Baca Juga :Pasar di Tengah Jalan Dikeluhkan Warga Pemalang
"Disamping itu pemerintah kabupaten
pada sektor kedinasannya jangan menampilkan "Ego sektoral" antar dinas,akan
tetapi harus dibicarakan dan diselesaikan dalam satu meja, secara bersama
sama," tutupnya.