Pasar Eropa Jadi Bidikan Produk Sektor Kriya Dipameran Swiss
Empat produk tersebut yaitu Sarung Batik Pekalongan, Batik Tulis Lasem, Mebel Ukir Jepara, dan Genteng Sokka Kebumen tampil pada ajang WIPO Exhibition bertajuk "Creative, Sustainable ASEAN" yang bertepatan dengan Sidang Majelis Umum WIPO ke-65 pada tanggal 9 - 17 Juli 2024 di Appolon Saloon, WIPO Main Lobby.
Pertama, Sarung Batik Pekalongan. Sarung ini memiliki ciri khas yang terdiri dari empat komponen, yaitu tumpal/kepala sarung, badan sarung, boh, pinggiran. Secara garis besar motif dan ragam hias sarung tersebut terdiri dari empat jenis diantaranya flora dan fauna, jlamprang, buketan dan geometris. Selain itu, sarung ini menggunakan dua jenis kain yang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sutera dan kelompok katun/viscose/rayon.
Baca Juga:
Kedua, Batik Tulis Lasem. Ciri khas Batik Tulis Lasem memiliki warna merah yang menyerupai warna darah. Warna merah khas batik Lasem disebut dengan abang getih pithik (merah darah ayam). Warna abang getih pithik ini dihasilkan dari pewarna alam yaitu dari warna akar pohon mengkudu (pace). Batik ini memiliki ciri khas motif yang juga unik dengan detail yang sangat halus. Motif-motif yang umum ditemukan pada batik Laseman mencakup gambar-gambar alam, binatang, dan elemen-elemen tradisional yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Lasem.
Ketiga, Mebel Ukir Jepara. Sejak abad ke-19 daerah Jepara telah dikenal luas sebagai daerah yang memproduksi mebel dan ukiran yang terkenal di Indonesia. Ciri khas motif ukiran Jepara biasanya berbentuk floral dan motifnya berasal dari proses stilasi, dan ukiran berbahan kayu jati. Ukiran Jepara bisa bertahan dengan baik hingga lebih dari 20 tahun lamanya.
Keempat, Genteng Sokka Kebumen. Bahan yang digunakan untuk membuat genteng Sokka adalah tanah liat pilihan. Proses pembuatan yang digunakan biasanya menggunakan tenaga manusia atau cara tradisional. Selain itu genteng Sokka memiliki ciri diantaranya, memiliki tekstur bahan tanah liat yang tak halus juga tidak kasar, mengeluarkan bunyi nyaring saat diketuk, dan memiliki warna tekstur yang cerah.
Dengan dipamerankannya produk indikasi geografis dari sektor kriya ini dapat menjadi ajang promosi kepada peserta kegiatan yang berasal dari seluruh negara anggota WIPO. Kita ketahui bersama bahwa masyarakat dunia, khususnya eropa sangat menghargai proses dan selektif, sehingga pemerintah Indonesia berharap produk kriya asal Jawa Tengah ini dapat menarik peluang pasar dari negara anggota WIPO.