Sikap Kemaruk, Korup dan Zalim, Akibat Abai pada Etika, Moral dan Akhlak

- Kamis, 29 September 2022 15:11 WIB
Sikap Kemaruk, Korup dan Zalim, Akibat Abai pada Etika, Moral dan Akhlak
Jacob Ereste - (Foto: Istimewa)

bulat.co.id - Ketika perilaku korup, culas dan kemaruk itu justru dilakukan oleh orang pintar, tetapi tidak punya etika, moral dan akhlak mulia sebagaimana manusia yang diciptakan Allah SWT sebagai khalifatullah di muka bumi, maka intektualitas dan kepintaran yang menjadi keunggulan para akademisi itu tidak cukup mumpuni untuk  menata kehidupan yang lebih baik dan lebih beradab, sehingga pemaknaan pada dunia yang rahmatan lil alamin sudah tercemar tanpa ada kecuali, dan mungkin juga langit.

Advertisement

Alternatif jawab untuk mengatasi soal etika, moral dan akhlak manusia yang bobrok ini, tak mungkin dapat diharap ada dari bilik politik. Masalahnya memang bukan semata faksunnya adalah menang atau kalah semata, tetapi justru kerusakan etika, moral dan akhlak itu dominan dimulai dari habitat politik. Belum lagi musim kampanye saja, baliho sudah bertebaran dimana-mana. Masalahnya pun, tak cuma asal usul dana yang tidak kecil jumlahnya itu, jika bisa dikonversi dengan nilai upah buruh murah yang jauh berada dibawah UMR, tetapi juga sangat mungkin mereka telah menggunakan uang negara, mengingat para  calon Presiden atau anggota dewan yang masih merasa terhormat itu sedang memegang posisi penting di negeri ini. Dan ongkos pemasangan baliho raksasa untuk Pemilu itu pun bisa dibebankan kepada instansi atau bawahan mereka yang juga dan diam-diam bisa meminta konsesi tertentu, mungkin juga semacam jaminan untuk mengamankan jabatan mereka berikutnya. 

Baca Juga:

Kalau pun bisa berharap dari bilik ekonomi pengusaha dan bankir misalnya toh, orientasi hidup mereka sudah lebih jelas mau cari untung sebanyak mungkin, tak perduli apakah cara kerja mereka akan mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Itu semua bagi mereka sekedar resiko dari suatu mekanisme pasar yang lazim dan jamak, meski sangat zalim.

Alternatif terbaik untuk menggerus dan mengikis krisis moral yang meliputi etika hingga akhlak manusia seperti itu, memang harus dibangkitkan kesadaran dan pemahaman spiritual dalam gerakan yang masif dan menyeluruh dalam skala nasional hingga internasional antar bangsa seperti yang telah dicanangkan GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia), karena peranan bangsa-bangsa di dunia sangat besar sekali pengaruh dan andilnya bagi bangsa Indonesia.

Apalagi kemudian ada semacam keyakinan yang terlanjur dipercaya bila bangsa Barat itu memiliki banyak hal yang serba super dibanding Bangsa Timur. Padahal, dalam catatan sejarah masa silam bangsa Timur pernah menggoda birahi mereka ingin menjajah sampai hari ini di Nusantara. 

Pusaka leluhur dalam laku spiritual sebagai jalan terbaik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan adalah pilihan terbaik bagi semua suku bangsa Nusantara yang beragam pula agama dan kepercayaannya, untuk bersikap tawadhuk rendah hati, bersahaja menjalani pola hidup sederhana, tidak kemaruk, apalagi korupsi dan merampas hak orang lain pasti dapat ditekan sebelum bisa dihilangkan sama sekali dari watak dan sikap yang ingin serba wah dan hebat dibanding orang lain. Jadi perlombaan mengejar hal-hal yang bersifat duniawi telah melampau batas yang tak berimbang dengan hal-hal yang bersifat illahi.

Maka itu jalan spiritual adalah pilihan terbaik untuk mematut diri, mengerem semua bentuk keserakanan, bukan hanya harta, tetapi juga kekuasaan yang telah memabukkan, sehingga ingin sekian periode dengan mengabaikan kesepakatan etika hukum yang telah membatasi agar tidak korup, tidak zalim.

Artinya, sikap tamak dan rakus itu tidak cuma sekedar makan dan minum atau menilep (mencuri.red) harta dan kekayaan negara yang merupakan milik rakyat, tapi juga untuk terus berkuasa tanpa batas dan tidak mengindahkan tata aturan yang telah menjadi kesepakatan bersama itu. Dan juga kemaruk yang juga bisa merangsang ingin korup.

by: Jacob Ereste

Banten, 15 September 2022

(red)

Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru