Cerita Murid SD di Banyuwangi yang Nekat Gantung Diri Gegara di Bully

Redaksi - Sabtu, 16 Desember 2023 13:00 WIB
Cerita Murid SD di Banyuwangi yang Nekat Gantung Diri Gegara di Bully
Ilustrasi

bulat.co.id -BANYUWANGI | Seorang siswa SD di Banyuwangi ditemukan tewas gantung diri. Kejadian pada Februari 2023 ini menambah cerita sedih tentang bunuh diri di tahun 2023.

Advertisement

MR (11) ditemukan gantung diri di pintu dapur rumahnya di Pesanggaran, Banyuwangi. Ia gantung diri dengan seutas tali. Korban pertama kali ditemukan oleh ibunya. Peristiwa bunuh diri itu terjadi pada Senin (27/2/2023) sore.

"Iya benar kejadiannya Senin di rumahnya," ujar Kasi Humas Polresta Banyuwangi Iptu Agus Winarno.

Ibu korban yang mengetahui itu langsung menghubungi kakak korban yang sedang bekerja. Tak lama kakak korban tiba dan langsung menurunkannya.

Korban sendiri sempat dilarikan ke klinik setempat. Nahas, nyawa korban tak tertolong setiba di klinik dan dinyatakan meninggal.

Dari hasil pemeriksaan sementara, tak ada tanda-tanda kekerasan. Korban kemudian dinyatakan meninggal karena bunuh diri.

Usai dinyatakan meninggal korban langsung dibawa ke rumah duka. Keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsi dan langsung dimakamkan di pemakaman desa setempat.

Winarno menyebut motif bunuh diri karena korban mengalami depresi karena perundungan atau bully. Korban kerap dirundung oleh teman sebayanya karena tak punya ayah. Ini karena korban merupakan anak yatim. Korban tinggal di rumah hanya bersama ibu dan kakaknya.

Agus menambahkan dugaan ini didasarkan dari keterangan dari pihak keluarga. Karena sebelumnya, korban sering tampak murung sepulang sekolah. Korban pun mengaku kerap dirundung karena ayahnya yang sudah meninggal.

"Berdasarkan keterangan keluarga, korban selalu mengeluh sering diolok-olok temannya kalau anak yatim tidak punya bapak. Dan setiap pulang ke rumah selalu menangis dan dongkol," kata Agus dikutip detikjatim.

Ibu korban sendiri mengaku kaget bukan main melihat anaknya dalam kondisi lemas. Saat itu ia melihat sang anak tergantung di tali.

"Sudah lemas dia sudah nggantung itu," kata ibu korban.
Bahkan, jelas dia, dirinya seakan tak ada daya untuk melepas ikatan yang melilit anaknya. Ia merasa kaget, sedih dan bingung harus bagaimana.

"Aku mau nyopot kan nggak bisa nyopot. Itu di belakang (bunuh dirinya)," imbuhnya seraya berkaca-kaca.

Ibu korban menyebut di sekolah anaknya tak memiliki teman. Teman-temannya tak mau bersama MR karena ia merupakan anak yatim. Sang ibu bahkan menyebut, anaknya kerap mogok sekolah karena hal ini. Namun, ia berusaha membujuk sang anak agar kembali bersekolah.

"Dia bilang kalau di sekolahan ndak ditemenin sama teman-temannya. Dia kalau ndak ditemenin ndak mau sekolah, sudah biarin, nanti besok sekolah lagi," kata ibu korban.

Tak hanya di sekolah, korban juga kerap dirundung di tempatnya mengaji. Ia juga sempat mogok tak mau mengaji.
"Sudah satu bulanan, sudah itu nggak ada apa-apa. Kalau ngaji dia dibully, dia nggak berangkat ngaji," imbuhnya.

Di mata M Nur Rahim, kakak siswa SD Banyuwangi yang tewas gantung diri bahwa adiknya tidak pernah menangis di depannya. Terakhir adiknya menangis saat menceritakan perilaku teman-temannya yang menyebutnya sebagai anak yatim.

"Pernah cerita sambil menangis karena teman-temannya bilang anak yatim, tidak punya bapak. Saat itu saya bilang nggak usah nangis, yang kuat, diam saja," kata Nur Rahim.
Sejak saat itu, tambah dia, adiknya tidak pernah menangis lagi. Sejak saat itu setelah pulang sekolah adiknya hanya bercanda di depannya.

"Saya nggak tahu lagi kalau akhirnya seperti ini," jelasnya sambil menunduk.

Pertama kali mendapat kabar adiknya gantung diri, dirinya langsung pulang ke rumahnya. Saat itu tetangganya mengabarkan jika adiknya gantung diri di kamar belakang.
"Saya dihubungi tetangga katanya adik saya tidak ada, saya pikir mancing ke kali, ternyata gantung diri di kamar belakang," tandasnya.

"Saya lari dan saat itu saya angkat dan gendong, harapan saya bisa tertolong, tapi setelah nyampe puskesmas dinyatakan sudah meninggal," tambahnya.

Melihat adiknya meninggal, Nur Rahim hanya bisa menangis. "Tubuh saya lemas dan menyesal tidak bisa menjadi kakak yang baik," kenangnya.

Sementara itu sang guru menyebut bahwa korban dikenal sebagai sosok yang ceria dan baik hati. Salah satu guru Suratno mengakui jika korban merupakan anak yang ceria. Di sekolah, korban juga bisa bersosialisasi dan berkumpul dengan teman-temannya.

"Sebetulnya dia anaknya baik, ceria. Memang kita akui dia itu anaknya sedikit lambat di pelajaran dibanding teman-temannya. Kalau sehari-hari dia itu bisa berkumpul dengan temannya seperti anak sekolah pada umumnya," ungkap Suratno.

Suratno mengaku kaget atas kabar meninggalnya korban karena bunuh diri akibat dibully teman-temannya. Ia melihat selama ini korban berteman baik dengan teman-temannya.

"Teman-temannya memperlakukan dia dengan baik. Guru tidak mengetahui kalau ada (perundungan), sebenarnya ndak ada yang seperti itu (bully). Ya biasa aja seperti anak sekolah pada umumnya, kalau guyon bersama temannya ya wajar dan biasa saja," tambahnya.

Bahkan di sekolah, korban tidak menyendiri. Ia juga tak pernah mengadu jika dirundung pada gurunya.

"Kami tidak merasakan anak ini di-bully, setiap hari ya tidak menyendiri, tidak pernah mengadu. Ya kumpul dengan teman-temannya seperti biasa. Anak sekolah punya teman akrabnya masing-masing, kalau ada kegiatan ya bareng-bareng," kata Suratno.

Baca Juga:
Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru