Kisah Tragis Novita dan Anaknya Live Facebook Sebelum Tewas Saat Erupsi Gunung Marapi
Novita Intan Sari (39) dan anaknya, Wahlul Alde Putra (19), dinyatakan meninggal dunia dan jenazahnya telah dibawa ke Kota Padang pada Rabu, 6 Desember 2023.
Mereka merupakan penduduk lokal yang tinggal di Tabek Batu Sungai Lareh, Kelurahan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah.
Baca Juga:
Jenazah Novita dilaporkan sudah ditemukan dan diserahkan ke keluarga pada Rabu (6/12/2023).
Sedangkan jasad Wahlul juga telah dibawa turun dan sudah diidentifikasi.
Sebelum terjebak dalam erupsi, Novita sempat berbagi momen pendakiannya melalui live Facebook.
Ia terlihat bersama dua pendaki perempuan, yang diduga adalah Yasirli Amri dan Zhafira Zahrim Febrina.
Dalam siaran pertama, Novita tampak mengenakan hoodie abu-abu dan kacamata hitam.
Ia melakukan treking pendakian dalam kondisi sedikit hujan.
Di belakang Novita terdapat dua pendaki wanita berhijab.
Keduanya adalah Yasirli Amri dan Zhafirah.
Sedangkan di belakangnya lagi terdapat 4 pemuda.
"Ini anak-anak." ucap Novita sembari mengarahkan kamera ke pendaki di belakangnya.
"Hallo guys," sapa dua wanita di belakang Novita.
Kemudian dalam video live selanjutnya, tampak Novita berada di puncak Gunung Marapi, tepatnya di Tugu Abel.
Ia memperlihatkan suasana sekitar puncak.
Di belakangnya pun terdapat rombongannya yang tengah asyik bersantai.
Sementara itu, cuaca sekitar juga cukup cerah.
Selain Novita dan anaknya, Yasirli wanita yang tampak dalam video itu juga menjadi salah satu korban meninggal. Sedangkan Zhafira berhasil selamat namun mengalami luka serius.
Zhafira yang Viral dengan Tubuh Penuh Debu
Zhafira, yang akrab disapa Ife, sempat mengirim video dengan wajah dan sekujur tubuh penuh debu vulkanik. Ia juga mengalami luka serius.
Beruntung tim SAR berhasil menemukannya. Ia dirawat kemudian di Rumah Sakit Ahmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi. Meskipun lemah, ia dapat berkomunikasi sedikit-sedikit.
Bibi Zhafira, Rani Radelani, menyatakan bahwa Zhafira mengalami luka bakar di wajah dan kondisinya saat ini masih lemah.
Menurut Rani, pendakian Gunung Marapi adalah pengalaman pertama Zhafira. "Sebelumnya ia pernah trekking, namun tak pernah ke gunung," ujar Rani.
Ia menambahkan bahwa tidak ada informasi larangan mendaki atau kenaikan status gunung saat Zhafira mendaftar untuk pendakian.
Rani mengungkapkan terima kasih kepada tim gabungan yang berhasil mengevakuasi Zhafira.
"Tangannya patah, luka-luka. Tidak kuat lagi katanya," kata Rani, menggambarkan kondisi keponakannya.
Keluarga dan masyarakat berduka atas kehilangan Novita dan Wahlul serta para korban lainnya dalam bencana alam ini.
Tim SAR masih melakukan pencarian untuk satu korban yang masih belum ditemukan, berharap bisa memberikan kepastian kepada keluarga yang terdampak.