Polemik Pernikahan Anjing, Dinilai Lecehkan Adat Hingga Sampaikan Maaf

- Kamis, 20 Juli 2023 13:57 WIB
Polemik Pernikahan Anjing, Dinilai Lecehkan Adat Hingga Sampaikan Maaf
internet
Pernikahan Anjing yang diberi nama Jojo dan Luna menuai polemik karena dinilai melecehkan adat Jawa


Advertisement

"Tadinya mau merayakan ulang tahun Jojo aja. Ternyata kenapa nggak sekalian dibikinweddingaja ya. Ya sudah kami cari vendor sana-sini akhirnya pernikahan terjadi," ujar Valen.

Baca Juga:

Valen tak menampik kalau uang yang dihabiskan untuk acara ini mencapai Rp200 juta lebih. Biaya itu dipakai untuk membeli kostum, katering, dekorasi, hingga hadiah untuk para undangan yang hadir.

"Hadiah adadoorprize, karena kita ada lombafashion showanjing danownernya dengan baju adat tema Nusantara. Kami berikan hadiah kepada tiga pemenang. Doorprizemobil CRV mainan untuk anak, terus ada hadiahvacuum cleaner, yang totalnya hampir Rp10 juta," terangnya.

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, mengatakan, pangkal utama dari munculnya perdebatan bahkan sindiran dari warganet atas pernikahan mewah sepasang anjing ini karena "praktik-praktik orang yang mengglorifikasi kekayaan secara berlebihan".

"Kasus-kasus pamer kekayaan ini belakangan juga marak dikuliti warganet dan berakhir dengan pemeriksaan di kepolisian bahkan KPK," kata Devie.

Dia mencontohkan kasus anak pejabat Direktorat Jendral Pajak, Mario Dandy yang memamerkan kendaraan mewah milik bapaknya di Instagram. "Pangkal utamanya adalah mau hidup di ruangonlineatauofflineitu sederhana, Anda harus tahu ada budaya, etika yang perlu diperhatikan kalau Anda ingin hidup harmonis dengan orang lain," ujar Devie.

"Mengingat manusia hidup bersosial, sehingga kita tidak bisa merasa bahwa kita punya hak absolut untuk melakukan apapun dan melupakan orang-orang di sekitar kita," sambungnya.

Itu mengapa bagi Devie tidak ada yang salah dengan "kebaperan" sebagian orang melihat foto-foto mewah pesta pernikahan anjing tersebut. "Sebab ketika mengunggah sesuatu di media sosial dan dilihat oleh beragam orang dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi yang berbeda, ada baiknya orang-orang tidak melakukan hal yang berpeluang membuat orang lain murka. Jadi tanggung jawab sosial dari dampak sebuah komunikasi bukan pada sang penerima pesan, tapi produsen pesan," urainya. (dhan/bbs)

Editor
:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru