Nikson Nababan Silaturahmi Bersama SMSI, Yakinkan Diri Maju Pilgubsu: Anggap Rakyat Itu Anak-anakmu
Dalam silaturahmi dan dialog bersama SMSI Kabupaten/Kota se-Sumut, Nikson merasa terhormat atas sambutan dan gelora kekeluargaan yang terbangun.
"Saya merasa, bahwa nilai-nilai itu saya dapatkan malam ini, saya seperti mendapat hadiah atas kehadiran kita semua," ungkap Nikson dalam acara pertemuan itu.
Baca Juga:
Pertemuan yang dipandu langsung oleh Ketua SMSI Sumut Erris J Napitupulu, mengalir penuh suka cita dan keakraban.
Maju dalam perhelatan pemilihan Kepala Daerah, bagi Nikson bukan tanpa alasan, dirinya mempersiapkan diri rupanya atas dorongan kuat elemen masyarakat, termasuk kalangan mahasiswa, dan alim ulama.
"Hati saya tergerak, saat bertemu seorang ulama yang menyatakan jika masyarakat menginginkan dirinya menjadi pemimpin, maka tunaikanlah. Jika tidak, maka saya telah menzalimi banyak orang," ungkap Nikson saat bersilaturahmi dengan Keluarga Besar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumut, di Medan, Rabu (8/5/24) malam.
"Seketika saya tersentak dengan petuah Tuan Guru Batak, Syekh Ahmad Sabban El-Ramaniy Rajagukguk di Simalungun. Yang awalnya memang saya sudah ingin beristirahat dari aktivitas politik. Sehingga saya banyak meminta masukan-masukan dari tokoh-tokoh. Termasuk Tuan Guru Besilam Syekh Zikmal Fuad di Langkat," sebut Nikson di hadapan Pengurus SMSI seluruh Kabupaten/Kota Sumatera Utara.
"Maka dari itu, saya katakan malam ini, jika (masyarakat) menginginkan itu (dirinya memimpin Sumut), jangan lahirkan Nikson dimodali kapitalis," tegasnya lagi.
Nikson pun mengungkap, keputusan keluarganya atas usulan tersebut (maju Pilgubsu). "Semua setuju, keluarga semua setuju. Terutama Ibu saya, Bang Syukur Nababan dalam yang lainnya."
"Dalam hal membangun Tapanuli Utara, anggap rakyat itu sebagai anak-anakmu. Begitulah ujar keluarga kepada saya. Ikhlaskan-lah semua itu. Begitulah pesan yang saya terima. Maka saya berjalan tegak lurus, apa adanya," tuturnya lagi.
Dikatakan Nikson, selama ini di Sumut ada ungkapan semua urusan harus ada uang. "Inilah saatnya, di Sumatera Utara kita ciptakan komitmen yang baru, semua urusan harus tuntas. Neken apapun jangan pakai uang (pungutan), ikhlaskan semua itu. Saya sudah lakukan di Taput selama 2 periode," sebut pria kelahiran Siborong-borong, 5 Oktober 1972 ini.
"Seperti halnya seorang guru, yang sudah berada di suatu tempat, jangan dipindah-pindahkan. Jangan istilahnya satu keluarga itu dipisahkan. Itulah harapan orang-orang tua. Bagaimana kita harus memcangkul di sawah. Bagaimana kita jalan selama 2 jam pergi 2 jam pulang. Menjadikan Tapanuli Utara seperti yang sekarang, penuh perjuangan," bebernya.
"Belum lagi jalan di mana-mana berlobang-lobang. Janji di 2014 sudah saya kerjakan, sekolah gratis. Dana desa Rp60 juta per desa untuk fisik, hingga akhirnya jadi kebijakan nasional di 2016. Kajian akademik tentang kelayakan bandara, apakah Pinangsori atau Silangit, sudah saya lakukan," tuturnya.
"Hampir 50.000 hektare kawasan hutan menjadi Tanah Adat. Masa depan masyarakat hidup dari hutan, yang hidupnya dari pertanian. Tidak semua menjadi 'swastanisasi', ada titik-titik yang harus dibatasi.
Politisi PDIP ini juga selalu mencermati kondisi lahan hutan yang banyak berubah status jadi konsesi. "Sehingga mekanisasi itu penting, usia produktif bertani pasti terbatas. 6.000 hektare lahan tidur menjadi produktif," imbuhnya.
Nikson pun menyebut, anggaran untuk eksisting jalan (infrastruktur) tidak akan sanggup ditampung APBD. Maka penting dilakukan rasionalisasi refokusing. "Tiap tahun kita lakukan rasionalisasi anggaran. Efisiensi dam efektifitas anggaran. Warga Taput hidup dari pertanian 80%. Gak mungkin kita suruh semua warga bertani."