Sepatu Kulit Produk UMKM Medan Tembus Pasar Malaysia
Bahkan hingga saat ini, sudah lebih ratusan pasang sepatu kulit hasil karya anak Medan ini dikirim ke negeri jiran tetangga.
"Sejak Covid-19 sudah tidak ada lagi pesanan dari Malaysia. Sebelum itu ada, sekali pesan jumlahnya cukup banyak beberapa bal," ujar Joni Sapril Chaniago, pemilik Chaniago Jaya.
Baca Juga:
Joni mengatakan orang Malaysia itu yang datang langsung ke tempatnya untuk mengambil pesanan ketika sudah selesai. Sedangkan pesanan bisa dilakukan secara online.
"Mereka sendiri yang ambil sepatunya kalau udah jadi, mereka bawa ke Malaysia. Katanya untuk dijual lagi," jelasnya.
Pekerjaan membuat sepatu sudah digeluti Joni sejak puluhan tahun lalu, bahkan dia sudah mengenal dunia tentang sepatu sejak duduk di bangku SMP. Kala itu dia memilih merantau dari kampungnya di Sumatera Barat ke Medan, niatnya untuk melanjutkan pendidikan.
Akibat keterbatasan biaya dari orang tua, Joni mau tidak mau harus bekerja dan menghasilkan uang ketika sudah di Medan. Uang hasil bekerja itu digunakan Joni untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar biaya sekolah.
"Dari SMP sampai SMA saja kerja untuk biaya sekolah. Merantau ke Medan tinggal sama keluarga, tentu juga ingin mandiri," jelasnya dikutip detik sumut, Selasa (12/3/24).
Ketika memiliki keinginan bekerja, dia pun diperkenalkan dengan dunia sepatu. Sejak saat itu Joni belajar dan diawali bekerja sebagai kernet.
Bekerja yang berhubungan dengan sepatu dijalaninya sampai tamat SMA. Pasca lulus SMA muncul keinginan Joni bekerja di kantoran.
Sejumlah lamaran pun dikirimkan ke beberapa perusahaan. Akhirnya salah satu perusahaan alat kesehatan menerimanya untuk ditempatkan di bagian marketing.
Tidak lama Joni bekerja di Medan, perusahaan tersebut memindahkannya ke Bangka Belitung. Selang beberapa tahun bekerja, Joni dipindahkan lagi ke Jakarta.
Beberapa tahun tugas di Jakarta, dia memilih untuk kembali ke Medan. Saat itu keinginan membuat usaha sepatu sendiri pun muncul.
"Kalau tidak salah berhenti bekerja dari Jakarta itu 2002 lalu. Setelah itu sempat bekerja lagi di tempat orang membuat sepatu sembari mengumpulkan uang (modal)," katanya.
Setelah tabungan dirasa cukup, keberanian membuka usaha sendiri dan memproduksi sepatu sendiri muncul. Selain sepatu, kala itu ada juga orderan membuat sendal.
"Ada modal sedikit hasil tabungan ketika bekerja mulai usaha sendiri, bikin sepatu sendiri. Dari sanalah kenal BRI untuk pinjaman," katanya.
Tidak hanya sekali, ada tiga kali permohonan KUR yang diajukannya ke BRI cabang Sukaramai. Semuanya disetujui.
"Awal mulanya dari Rp 5 juta, Rp 15 juta dan Rp 25 juta. Modal itu digunakan untuk menambah modal usaha karena ada orderan. Biasanya kalau pemerintahan kan pembayarannya menunggu minimal satu bulan, dipakai untuk menutupi itu," jelasnya.
Di awal menjalankan usaha sendiri, Joni lebih banyak mendapat orderan atau pesanan untuk membuat sepatu harian. Karena merasa sering dipermainkan soal harga oleh pemilik grosir yang menerima sepatu dan sandal buatannya, Joni memutuskan beralih dari membuat sepatu harian menjadi sepatu kulit tempahan.
"Kalau sepatu tempahan itu ketika ada yang order atau pesan baru dibuat. Jadi hemat di tenaga, biaya juga," tuturnya.
Rezekinya pun berdatangan setelah itu, dia mendapatkan banyak orderan mulai dari instansi hingga pribadi. Tidak hanya di Medan, ada juga pesanan yang datang dari luar kota dan luar negeri.
"Luar negeri yang saya bilang tadi Malaysia. Kalau luar kota itu ada Aceh dan Pekanbaru. (Ada) 32 sekolah se Provinsi Aceh (yang pesan 2022) tahun sebelumnya lagi dari Pekanbaru, perusahaan konstruksi, ada kita produksi sepatu safety," jelasnya.