Gempa Turki-Suriah Tewaskan Ribuan Orang, Kenapa Sangat Mematikan?
Baca juga: Al Quran Dibakar, Parlemen Kuwait Ancam Boikot Produk IKEA Cs
Menurut teori Musson, karena sudah begitu lama sejak gempa besar terakhir terjadi, maka 'cukup banyak energi' telah terkumpul. Musson menilai kekuatan gempa-gempa susulan sepanjang Senin (6/2/2023) yang tergolong besar, termasuk yang berkekuatan Magnitudo 7,5, telah mendukung teorinya tersebut.
Dalam analisisnya, Musson menyebut gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,8 itu 'nyaris mengulang gempa dahsyat dengan kekuatan Magnitudo 7,4 yang mengguncang area yang sama pada 13 Agustus 1822 silam.
Baca Juga:
Musson menyebut gempa tahun 1822 itu memicu 'kerusakan luar biasa besar, seluruh kota hancur dan korban jiwa mencapai puluhan ribu orang'. Bahkan gempa susulan terus terjadi hingga bulan Juni setahun setelahnya.
Pusat gempa pada Senin (6/2/2023) kemarin relatif dangkal, yakni di kedalaman 17,9 kilometer di dekat kota Gaziantep, Turki, yang dihuni 2 juta orang. Menurut Musson, gempa itu disebabkan oleh lempeng tektonik Arab yang bergerak ke arah utara hingga 'melewati wilayah Turki'.
"Karena itu tidak bisa bergerak dengan mulus, itu menempel. Pelepasan gerakan di sepanjang patahan itulah yang menghasilkan gempa bumi besar seperti yang kita alami hari ini," ucap Musson pada Senin (6/2/2023) waktu setempat.