Kerahkan Rudal Tomahawk, AS Lancarkan Serangan Hantam Pemberontak Houthi di Yaman

Redaksi - Kamis, 18 Januari 2024 13:45 WIB
Kerahkan Rudal Tomahawk, AS Lancarkan Serangan Hantam Pemberontak Houthi di Yaman
Ilustrasi
Advertisement
"Rudal-rudal yang berada di jalur peluncuran ini menghadirkan ancaman nyata terhadap kapal dagang dan kapal Angkatan Laut AS di wilayah tersebut dan dapat ditembakkan kapan saja, sehingga mendorong pasukan AS untuk menggunakan hak dan kewajiban mereka untuk membela diri," kata Centcom dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:
"Serangan ini, bersama dengan tindakan lain yang telah kami ambil, akan menurunkan kemampuan Houthi untuk melanjutkan serangan sembrono mereka terhadap pelayaran internasional dan komersial di Laut Merah, Selat Bab-el-Mandeb, dan Teluk Aden," tambah pernyataan itu.

Komandan Centcom, Jenderal Micheal Kurilla, mengatakan AS akan terus mengambil tindakan terhadap Houthi selama para pejuangnya terus membahayakan pelaut internasional dan mengganggu jalur pelayaran komersial di Laut Merah Selatan dan perairan yang berdekatan.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan kepada BBC bahwa mereka tidak terlibat dalam gelombang serangan terbaru tersebut.

Seperti diketahui, kelompokHouthi mulai menyerang kapal dagang pada November 2023, dengan mengatakan bahwa mereka menanggapi operasi militer Israel di Gaza. Sejak itu, kelompok ini telah melancarkan puluhan serangan terhadap kapal tanker komersial yang melintasi Laut Merah, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Sebagai tanggapan, AS dan Inggris melancarkan gelombang serangan udara terhadap puluhan sasaran Houthi pada 11 Januari lalu. Serangan tersebut yang didukung oleh Australia, Bahrain, Belanda dan Kanada, dimulai setelah pasukan Houthi mengabaikan ultimatum untuk menghentikan serangan mereka di wilayah tersebut.

Yaman telah hancur akibat perang saudara yang meningkat pada tahun 2015, ketika Houthi menguasai sebagian besar wilayah barat negara itu dari pemerintah yang diakui secara internasional dan koalisi pimpinan Saudi melakukan intervensi dalam upaya memulihkan kekuasaannya.

Pertempuran tersebut dilaporkan telah menyebabkan lebih dari 160.000 orang tewas dan memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan dua pertiga populasi yakni 21 juta orang membutuhkan bantuan.

Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru