Krisis Kelaparan Global, Setiap Malam 783 Juta Orang Tidur Tanpa Makan

- Sabtu, 16 September 2023 10:45 WIB
Krisis Kelaparan Global, Setiap Malam 783 Juta Orang Tidur Tanpa Makan
Internet
Ilustrasi
bulat.co.id -JENEWA | Krisis kelaparan global telah menyebabkan 783 juta orang dalam kondisi tidur dengan keadaan lapar setiap malam tanpa makan.


Advertisement

Lebih dari 345 juta orang menghadapi kerawanan pangan tingkat tinggi tahun ini, atau meningkat hampir 200 juta orang dari awal tahun 2021 sebelum pandemi Covid-19.

Baca Juga:
Baca Juga :PSN Ngada Raih Juara ETMC 2023, Wagub Sebut Anak NTTMampu Berkompetisi Hingga Level Internasional

Data tersebut sesuai dengan laporan Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain saat berbicara kepada Dewan Keamanan PBB, Kamis (14/9/2023). Dia menjelaskan, karena kurangnya dana, badan tersebut terpaksa memotong jatah makanan untuk jutaan orang.

"Kita sekarang hidup dengan serangkaian krisis yang terjadi secara bersamaan dan berjangka panjang yang akan terus meningkatkan kebutuhan kemanusiaan global. Ini adalah realitas baru komunitas kemanusiaan, dan kita akan menghadapi dampak buruknya di tahun-tahun mendatang," katanya.

Janda mendiang senator AS John McCain ini mengatakan, WFP memperkirakan, hampir 47 juta orang di lebih dari 50 negara hanya selangkah lagi menuju kelaparan. Kemudian ada 45 juta anak di bawah usia lima tahun yang diperkirakan menderita dari malanutrisi akut.

"Dari 79 negara tempat lembaga itu beroperasi, sebanyak 783 juta orang, kondisinya tidur dalam keadaan lapar setiap malam tanpa makan. Lebih dari 345 juta orang menghadapi kerawanan pangan tingkat tinggi tahun ini, atau meningkat hampir 200 juta orang dari awal tahun 2021 sebelum pandemi Covid-19," sebutnya.

Akar dari melonjaknya angka tersebut, kata WFP, adalah kombinasi mematikan dari konflik, guncangan ekonomi, iklim ekstrem, dan melonjaknya harga pupuk.


Dampak ekonomi dari pandemi Covid-19, dan perang di Ukraina telah mendorong harga pangan tidak terjangkau oleh jutaan orang di seluruh dunia. Pada saat yang sama, tingginya harga pupuk telah menyebabkan turunnya produksi jagung, beras, kedelai, dan gandum, kata badan tersebut. .

Baca Juga :Rusia Hancurkan Drone Ukraina di Laut Hitam

"Tantangan kolektif kita adalah meningkatkan kemitraan multi-sektoral yang ambisius yang akan memungkinkan kita mengatasi kelaparan dan kemiskinan secara efektif, dan mengurangi kebutuhan kemanusiaan dalam jangka panjang," ungkap McCain dihadapan para pemimpin bisnis pada pertemuan Dewan Keamanan PBB.

CEO Mastercard Michael Miebach mengatakan kepada DK PBB, bantuan kemanusiaan telah lama menjadi tanggung jawab pemerintah, dan lembaga pembangunan. Sedangkan sektor swasta dipandang sebagai sumber sumbangan finansial untuk pasokan.

"Uang tetap penting, tetapi perusahaan bisa menawarkan lebih banyak lagi. Sektor swasta siap mengatasi tantangan yang ada melalui kemitraan dengan sektor publik," katanya.

Miebach menekankan, bisnis tidak dapat berhasil di dunia yang sedang bermasalah krisis kemanusiaan. Sebuah bisnis dapat menggunakan keahliannya, katanya, untuk memperkuat infrastruktur, menginovasi pendekatan baru dan memberikan solusi dalam skala besar untuk meningkatkan operasi kemanusiaan.

Jared Cohen, presiden urusan global di Goldman Sachs mengatakan kepada DK PBB, pendapatan banyak perusahaan multinasional mampu menyaingi PDB beberapa negara Kelompok 20 (G-20). Dia mengatakan, lima perusahaan Amerika dan banyak perusahaan global mempunyai lebih dari 500.000 pekerja, lebih banyak dari penduduk di 20 negara anggota PBB.

Cohen mengatakan, dunia usaha juga perlu bertindak cepat dan berinovasi secara real-time, memanfaatkan koneksi lokal, dan memanfaatkan keahlian mereka dalam respons kemanusiaan. (dhan/bs)

Halaman :
Editor
:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru