Begini Tanda Waktu Berbuka Puasa di Masjid Agung Pemalang Ala Tempo Doeloe
Masjid Agung Pemalang
bulat.co.id -Zaman sekarang untuk mengetahui apakah sudah masuk berbuka puasa (maghrib) atau belum cukup mudah. bisa mendengarkan dari speaker masjid, informasi di televisi atau mendengarkan siara radio, maupun tinggal buka aplikasi yang disematkan di ponsel pintar. Namun, bagaimana dengan orang jaman dahulu ingin mengetahui waktu berbuka puasa telah tiba?
Sebelum tahun 1980-an, belum ada penggunaan speaker masjid seperti sekarang ini.
Baca Juga:Masjid Agung Batang, Bangunan Religi Penuh Sejarah
Di kabupaten Pemalang sendiri atau mungkin juga di daerah- daerah lainnya, sekitar tahun 1950 sampai tahun 1980-an, jika warga masyarakat ingin mengetahui waktu berbuka puasa tiba, masyarakat akan berkumpul di depan Masjid Agung Pemalang hingga ke lapangan alun-alun.
Masyarakat beramai-ramai datang dari beberapa tempat untuk menyaksikan takmir menyalakan petasan roket atau petasan yang meledak di udara dengan suara keras menggelegar berbunyi Dung.
Dung jika diartikan adalah meluncur lurus ke angkasa. Sesuai dengan bunyi kerasnya. Masyarakat Kota Pemalang menamakan waktu berbuka puasa dengan sebutan Dung yang bisa diartikan dengan 'menunggu'.
Edi Sukirman (62) seorang warga Kebondalem menuturkan kepada bulat.co.id, Sabtu ( 25/3/2023), jika dirinya mengalami zaman dimana Dung merupakan tanda waktu buka puasa tiba.
"Kalau nggak salah dulu sampai tiga kali bunyi Dung Dung Dung pertanda waktu buka puasa telah tiba," tutur Edi.
Ditemui terpisah, Pamuji (68) warga asli Pemalang Kota menuturkan petasan Dung mulai ditiadakan sekitar tahun 1980.
"Setelah dibangunnya menara Masjid Agung Pemalang," kata Pamuji.
Pada saat itu penggunaan petasan memang diizinkan oleh Kementrian agama Republik Indonesia Serikat di tahun 1950. Petasan tersebut diperbolehkan untuk menandakan waktu berbuka puasa.
"Kemudian banyak masjid yang menggunakan penanda tersebut, termasuk di Masjid Agung Kota Pemalang. Akhirnya dengan berjalannya waktu semakin banyak yang menggunakan speaker, namun di Masjid Agung Tegal masih tetap melaksanakan tradisi tersebut beberapa tahun lalu," tambah Pamuji.
Hingga tahun 1980-an, bertepatan dengan renovasi masjid, suara petasan tersebut tak terdengar lagi.
"Saya teringat kenangan petasan Dung itu, ketika menceritakan kepada cucu-cucu saya," kenang Pamuji.
Editor
:
Tags
Berita Terkait
Pemuda Warga Huraba II, Diduga Bacok Ibu Kandungnya.
Antisipasi Bencana Gempa Bumi, Rutan Pemalang Gelar Simulasi Penyelamatan
Anak -anak di Pemalang Manfaatkan Daun Pisang Untuk Payung Saat Hujan Tiba
Optimis Dapat Mendulang Suara 70 Persen Pada Pilkada, Ratusan Kader PKS Turun Ke Jalan
Dibawah Guyuran Hujan, Program Jumat Berkah Rizal Bawazier Tetap Dilaksanakan
Pj Bupati Sergai Terima Audiensi Kelompok Tani Merdeka
Komentar