Waspada Penipuan Online Saat Nataru
Ilustrasi
bulat.co.id -Musim liburan Natal dan Tahun Baru, banyak orang yang belanja online untuk kado, atau kebutuhan sendiri. Inilah tipe orang belanja dan modus kejahatan siber yang harus diwaspadai.
Perusahaan cloud, Akamai Technologies Inc, membagikan lima profil pembelanja yang lazim ditemui selama periode belanja akhir tahun dan penipuan di dunia maya yang sebaiknya mereka waspadai. Hal ini untuk membantu konsumen dan bisnis mengidentifikasi area yang berpotensi luput diperhatikan, dan mempelajari cara melindungi diri mereka di musim liburan ini.
Pada tahun 2022, kekhawatiran terbesar adalah meningkatnya serangan bot berbahaya, di mana kami mencatat peningkatan tiga kali lipat untuk jenis serangan tersebut. Dampaknya bagi industri ritel adalah kemungkinan meningkatnya angka pengisian kredensial palsu, dimana para penyerang menggunakan daftar kredensial yang sudah tidak aman untuk menyusup ke dalam sistem dan serangan data scraping, proses memasukkan informasi dari sebuah situs web ke dalam spreadsheet atau file lokal yang disimpan di komputer Anda.
Baca Juga:Hati-hati, Penipuan Jenis Baru Gunakan Modus Kurir Paket
"Serangan ini, dengan cepat atau lambat, dapat menimbulkan kerugian finansial terhadap pelanggan, merusak fungsionalitas situs, dan menahan data terenkripsi dengan tebusan, yang semuanya berdampak sangat buruk terhadap bisnis," jelas Director of Security Technology and Strategy, APJ, Akamai, Dean Houari dalam keterangan kepada detikINET, Sabtu (24/12/2022).
Tidak mengherankan bahwa penyerang mencari keuntungan dari kesibukan di puncak aktivitas ritel selama musim festival belanja yang berlangsung lebih lama karena banyaknya keuntungan finansial yang bisa mereka dapatkan, terutama di Asia, yang menyumbang sekitar 60 persen penjualan ecommerce global. Sangat penting bagi para pembelanja dan peritel bekerja sama untuk mempelajari cara mewaspadai penipuan dan melindungi diri mereka sendiri.
5 Tipe Orang Belanja Akhir Tahun
1. Si Jauh-jauh Hari
Anda tidak mungkin salah mengenali si jauh-jauh hari! Si jauh-jauh hari sudah menyiapkan dan membungkus hadiah mereka berbulan-bulan sebelum liburan tiba. Selalu terdepan dalam merencanakan dan membeli, Si Jauh-jauh hari sering kali menyimpan informasi kartu kredit mereka, login, dan informasi pribadi lainnya di situs belanja.
Ancaman kejahatan siber: Pengisian kredensial palsu
Saat melancarkan serangannya, penyerang menggunakan daftar kredensial yang sudah tidak aman untuk menyusup ke dalam sistem melalui bot berbahaya, berasumsi bahwa banyak pengguna menggunakan lagi nama pengguna dan kata sandi yang sama di beberapa layanan.
Tips untuk melindungi diri:
Berhati-hatilah saat menyimpan detail pembayaran di situs web penjual. Meski memudahkan, melakukan ini dapat menyebabkan data rentan disalahgunakan saat penjual disusupi atau kebobolan.
Lakukan praktik penggunaan kata sandi yang baik, dengan menyiapkan kata sandi yang berbeda untuk situs yang berbeda. Lebih baik lagi jika Anda menggunakan manajer kata sandi untuk menyiapkan kata sandi yang unik dan sulit ditebak.
2. Si Menit-menit Terakhir
Berkebalikan dari Si Jauh-jauh Hari, Si Menit-menit Terakhir sering kali baru ingat ada hari promo 11.11 atau 12.12 beberapa saat sebelum hari berganti. Mereka berhasil berbelanja dengan harga diskon, tetapi selalu di menit-menit terakhir!
Ancaman kejahatan siber: Phishing
Saat berbelanja sambil terburu-buru, besar kemungkinan Si Menit-menit Terakhir tidak sengaja mengklik tautan yang tidak dapat dipercaya dan menjadi korban penipuan phishing. Yang tampak seperti email dari peritel ternama dengan diskon yang sayang untuk dilewatkan mungkin saja penipuan, tetapi pembelanja menit-menit terakhir tidak punya waktu untuk memeriksanya.
Hal ini makin sering ditemui seiring makin meningkatnya risiko marketplace online. Pada awal tahun ini, platform penjualan peer-to-peer terpopuler di Singapura merasakan dampaknya saat penyerang yang berpura-pura menjadi pembeli sungguhan mengarahkan korban ke situs web bank palsu yang meminta sang korban memberikan detail perbankan mereka untuk menerima pembayaran. Kejadian ini mengakibatkan sedikitnya 72 orang kehilangan lebih dari USD109.000
Tips untuk melindungi diri:
Verifikasi validitas situs sebelum mengkliknya atau memberikan informasi pribadi apa pun.
Jika email tidak diminta, waspadai potensi kesalahan. Jangan lanjutkan jika berisi informasi yang salah, atau permintaan untuk mengaktifkan makro, menyesuaikan pengaturan keamanan, atau menginstal aplikasi.
3. Si Pemburu Diskon
Bagi tipe pembeli ini, yang akan menjelajahi berbagai situs untuk mencari diskon besar, harga adalah pertimbangan paling utama dalam membeli sesuatu.
Pemburu diskon berpotensi mengklik email tipuan atau menerima ekstensi berbahaya yang berfungsi sebagai alat untuk membandingkan harga.
Penyerang memanfaatkan semangat pembeli mencari promo yang menggiurkan dengan mengirimi mereka penawaran palsu yang meminta data pribadi mereka di halaman, bahkan menyamar menjadi alat sungguhan seperti Google Analytics atau Google Tag Manager untuk mengubah kode dan mencuri informasi berharga. Ini pernah terjadi di banyak situs belanja.
Kiat untuk melindungi dari social engineering:
Selalu verifikasi validitas penawaran dan keabsahan pengirim.
Gunakan filter spam yang dapat diandalkan untuk email sebagai pertahanan pertama terhadap serangan dari file dan tautan berbahaya.
4. Si Pembeli Impulsif
Didorong sepenuhnya oleh emosi, pembeli impulsif sering kali tidak memikirkan produk tertentu saat memesan. Mereka sering merasa harus cepat-cepat membeli barang yang didiskon untuk waktu terbatas karena harganya yang sayang untuk dilewatkan.
Ancaman kejahatan siber: Serangan peniruan merek
Melalui tautan penipuan, penjahat cyber meniru merek-merek populer, mengelabui korbannya agar membagikan informasi pribadi, membeli barang selundupan, mengunjungi situs web palsu, mengunduh malware, dan banyak lagi. Tren ini diperparah dengan kehadiran media sosial, tempat penyerang dapat dengan mudah meniru merek, berinteraksi dengan pelanggan yang ingin membeli barang, dan meminta detail pribadi pelanggan.
Kiat untuk melindungi dari peniruan merek:
Cermati tautan yang diberikan dalam email dan selalu waspada jika tautan tersebut tidak mengarah ke lokasi yang benar atau mengarah ke situs pihak ketiga yang tidak berafiliasi dengan dengan merek.
Jika ragu, hubungi merek yang bersangkutan di saluran resminya untuk memverifikasi penawaran sebelum mengeklik tautan apa pun untuk melakukan pembayaran. Pastikan Anda memeriksa apakah akun tersebut adalah akun yang telah diverifikasi.
5. Si Penuh Pertimbangan
Si penuh pertimbangan membandingkan berbagai aspek produk dan penawaran sebelum membeli. Mereka kerap menginstal berbagai ekstensi browser di browser mereka untuk membuat perbandingan cepat.
Ancaman kejahatan siber: Serangan Malware Extension
Penjahat cyber bersembunyi di balik add-on, yang kemudian dapat menginstal iklan, mengumpulkan riwayat penelusuran pengguna, dan mencari kredensial login dengan menyamar sebagai aplikasi dan ekstensi populer. Ekstensi berbahaya bisa tidak terdeteksi terutama jika program perangkat lunak keamanan menganggap ekstensi yang sudah dikenal sebagai aplikasi terpercaya.
Yang paling baru, penyerang menggunakan malware pencuri informasi seperti FB Stealer, yang meniru Google Translate, ekstensi Chrome yang tidak berbahaya dan tampak biasa saja untuk mengelabui pengguna. Menjadikan uang sebagai motif kejahatannya, penyerang akan menyalahgunakan akses setelah secara efektif mengunci pengguna dari akun mereka untuk meminta uang dari teman-teman si korban.
Kiat untuk melindungi dari serangan malware ekstensi:
Hanya instal ekstensi dari toko Web resmi.
Sebaiknya jangan menginstal ekstensi jika izin yang dibutuhkan oleh ekstensi tersebut, bahkan sebelum diinstal, terlihat mencurigakan.
Peritel juga tidak boleh diam saja!
Untuk pengalaman berbelanja di dunia maya yang aman, peritel tidak boleh berpangku tangan. Serangan terhadap raksasa ritel populer beberapa tahun terakhir ini telah memberi pelajaran penting bagi penjual. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Mengambil langkah proaktif untuk memantau potensi ancaman dan siap memblokir akses tanpa otorisasi dan menjaga keamanan pembelanja di seluruh pengalaman ritel mereka sangatlah penting.
"Untuk memastikan loyalitas jangka panjang, peritel harus melakukan segala upaya untuk menjaga keamanan data pembelanja. Upaya tersebut dapat mencakup penerapan solusi bot untuk menghentikan percobaan pengisian kredensial palsu lebih awal serta menggunakan manajer kata sandi dan autentikasi multi-faktor untuk mengamankan pengguna," Houari.
Editor
:
Tags
Berita Terkait
Besok Pengamanan Nataru Dimulai
Nyamar Jadi Satgas Kejagung, Eks Staf Kejaksaan dan Kades Peras Warga Rp 35 Juta
Laporan Kasus Penipuan Ngendap Sampai 5 Tahun, Polrestabes Medan dan Polsek Medan Baru Masih Tutup Mulut
Seorang Warga Purbalingga Diduga Korban Penipuan Hingga Belasan Juta Rupiah, Korban Masih Buru Pelaku
Begini Cara Keluar dari WhatsApp Group Tanpa Ketahuan
Tips Mengatasi Kecanduan Gadget Pada Anak
Komentar