Gawat! Prostitusi Anak Mewabah di NTT, Pasang Tarif 20 Ribu Hingga Gratis

Hadi Iswanto - Senin, 18 Desember 2023 23:00 WIB
Gawat! Prostitusi Anak Mewabah di NTT, Pasang Tarif 20 Ribu Hingga Gratis
ilustrasi prostitusi anak
bulat.co.id -Remaja di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpengaruh pergaulan bebas hingga tergiur praktik prostitusi online.

Kondisi ini sangat memprihatinkan karena umumnya mereka masih sangat muda.

Advertisement

"Mereka ada grup Facebook di Lembata. Banyak sekali grup. Selain itu ada juga grup WhatsApp," ungkap

Baca Juga:

Pemerhati HIV/AIDS yang juga pendiri Voluntary Counselling and Testing (VCT) Nefri Eken, baru-baru ini.

Grup itu baru diketahui setelah seorang guru Bahasa Inggris dimasukkan oleh anak didiknya ke grup tersebut.

Ada Anak SD Terjaring

Hasil tracing komisi dan relawan di sana, sebagian besar PSK anak sudah melayani lebih dari lima pria hidung belang. Mirisnya, ada beberapa korban prostitusi anak masih duduk di bangku SD.

Bahkan ada siswi SMP yang mengaku sudah melayani lebih dari 32 orang.

"Ada yang dari SD kelas VI, sudah umur 10 tahun kami dapat saat operasi pekat, kami lakukan konseling," ungkapnya.

Tarif Rendah Hingga Gratis

Sebagian besar dari mereka memasang tarif sangat rendah. Ada yang Rp 20.000. Ada juga yang Rp 500.000.

"Penghasilan mereka itu lebih kepada untuk gaya. Bahkan, ada yang mengaku gratis tidak dibayar," imbuhnya.

Nefri mengungkapkan, berdasarkan penelusuran bersama Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD), beberapa remaja terjerumus praktik prostitusi karena dijebak orang dekat atau pacar.

Beberapa faktor yang ditemukan saat konseling yaitu, ada anak perempuan yang terjebak saat berkenalan dengan pacar laki-lakinya. Mereka akhirnya jadi dekat. Lalu diminta untuk video call telanjang.

Si laki-laki lalu membuat screenshot atau merekam layar panggilan video mesum itu.

Itu nanti akan dijadikan senjata agar remaja perempuan mau dipaksa berhubungan seks, bahkan dijual. Jika tidak, maka foto mesumnya disebar.

Modus Operandi

Modusnya, kata Nofri, amat beragam. Ada anak yang lakukan hubungan seks saat pulang sekolah, ada yang menipu orang tua bahwa mereka ke sekolah padahal tidak ke sekolah.

Ada modus teman perempuan datang menjemput ke rumah, lalu di tengah jalan pergi bersama pria.

"Hasil konseling ada banyak yang terpapar penyakit sifilis dan sudah melakukan dengan lima laki-laki," tandasnya.

Nefri berharap peran orang tua lebih aktif dalam mengawasi anak-anak terlebih pergi dan pulang ke rumah. Pengawasan ketat di kos-kosan yang makin banyak juga perlu dimaksimalkan karena terlalu bebas.

Peran Pemerintah dan Gereja

Aktivis Perlindungan Perempuan dan Anak Lembata (Permata), Maria Loka, mengatakan akses untuk merehabilitasi korban prostitusi anak di Lembata juga sangat minim. Dia berharap pemerintah, gereja, dan pemangku kepentingan lainnya mendampingi para korban yang terjebak dalam prostitusi.

"Saya mau (mereka) direhabilitasi. Memprihatinkan. Lembata punya perda perlindungan anak tapi minim sekali pengawasan," terang Maria Loka , Rabu (13/12/2023).

Pengawasan orang tua terhadap anak-anak juga dinilai sangat rendah. Anak perempuan dibiarkan berkeliaran hingga larut malam tanpa tujuan yang jelas. Patroli aparat untuk menekan praktik prostitusi di jalanan juga minim.

"Perlu pengawasan orang tua dalam penggunaan HP. Sebab ada yang terjebak secara online. Para PSK ini rata-rata anak broken home, ada penelantaran begitu tinggal oleh keluarga," tandasnya.

Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru