Rekayasa Genetik Nyamuk Wolbachia Viral di Media Sosial, Ini Penjelasan Ilmuwan UGM
Redaksi - Kamis, 23 November 2023 11:00 WIB
bulat.co.id -YOGYAKARTA | Penyebaran nyamuk wolbachia yang digunakan dalam rekayasa genetika membentuk genetik LGBT viral di media sosial. Unggahan tersebut sempat ramai di media sosial X dan menjadi perbincangan hangat para netizen di dunia maya.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM dr Riris Andono Ahmad, MPH PhD yang juga merupakan peneliti World Mosquito Program (WMP) mengatakan bahwa yang dimasukkan dalam tubuh nyamuk wolbachia adalah bakteri alami dan tidak merekayasa genetik manusia.
"Wolbachia itu adalah bakteri alami, kita hanya mengambil dan memasukan ke dalam tubuh nyamuk, analoginya begini di dalam tubuh manusia itu kan banyak juga bakteri, kita juga sering mengonsumsi bakteri, pernah minum susu probiotik ya, isinya kan bakteri, apakah kalo kita minum dan bakteri masuk dalam tubuh kita, kita jadi manusia rekayasa genetika? kan tidak," kata Riris Andono Ahmad di UGM Yogyakarta.
Riris Andono Ahmad atau yang akrab disapa Donnie menjelaskan pihaknya hanya memasukkan bakteri yang memang secara alami hidup di dalam serangga.
"Kita hanya memindahkan rumahnya ke tubuh nyamuk dan di dalam tubuh nyamuk dia hidup tenang dan bahagia, dia tidak mengganggu apa pun dari fungsi nyamuknya kecuali bahwa dia itu mengganggu virus denguenya karena tidak bisa bereplikasi jadi kalau dibandingkan secara materi genetik nyamuk yang ber-wolbachia itu sama dengan nyamuk yang tanpa wolbachia," jelas Donnie.
Donnie mengatakan pelepasan jutaan telur nyamuk wolbachia di populasi nyamuk Aedes aegypti, berpotensi untuk menekan penularan virus dengue atau demam berdarah dengue. Saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina tanpa Wolbachia maka telurnya tidak akan menetas, tetapi apabila nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan jantan tidak ber-wolbachia seluruh telurnya akan menetas.
Selanjutnya apabila nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan ber-wolbachia maka keturunannya semua akan menetas dan mengandung wolbachia.
Sebelumnya pada 15 Agustus 2016 Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM bersama Monash University dan Yayasan Tahija telah melepaskan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Tegalrejo dan Wirobrajan. Pelepasan pertama telah dilakukan pada 2014 di wilayah terbatas di Kabupaten Sleman dan Bantul.
Pelepasan nyamuk ber-wolbachia ini dilakukan dalam rangka penelitian pengendalian DBD. Penelitian panjang ini berakhir dengan hasil yang menggembirakan. Teknologi nyamuk ber-Wolbachia terbukti efektif mengurangi 77% kasus DBD dan 86% rawat inap karena dengue.
Baca Juga:
Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Sejumlah Awak Media Geruduk Kantor Kejari Padangsidimpuan
Sosialisasi Pengawasan Partisipatif,Kordiv HP2H Bawaslu Pakpak Bharat Paparkan Materi Pengawasan Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024
Masuki Tahap Kampanye Terbuka, Siapakah Paslon Yang Berkomitmen Mendorong Kesejahteraan Insan Pers ?
TNI Bagikan Ribuan Paket Sembako Dalam Bakti Sosial HUT Ke-79
TP-PKK Sergai Dorong Percepatan Penurunan Stunting Melalui Sosialisasi PPKS-Satyagatra
2 Tahun SMSI Madina, Berbagi Sedekah Agar Berkah
Komentar