Kisah Enam Anak di Flores Timur: Jualan Kue dan Kadang Tak Makan Dari Pagi Sampai Sore Karena Ketiadaan Beras
Kisah Enam Anak di Flores Timur: Jualan Kue dan Kadang Tak Makan Dari Pagi Sampai Sore Karena Ketiadaan Beras

Foto: bulat.co.id/Yurgo Purab
enam orang anak bersama tetangga sedang nimbrung di bale-bale kayu.
Baca juga:Azan Sinaga, Dari Reporter TV Hingga Jadi Kepala Desa
Beras Habis, Tidak Makan Dari Pagi Sampai Sore dan Hanya Tidur
Siapa yang tidak terenyuh mendengar kisah keenam kaka beradik yang hidup sendiri sejak ditinggal pergi ibunya karena terlilit utang.
Mereka harus hidup sendiri dan mandiri. Di tengah kehidupan yang mereka jalani, keenam kaka beradik itu kerap mengalami situasi ketiadaan makanan. Mereka rela menahan perut dari pagi sampai sore dengan tidur. Hal itu terjadi bukan sekali tapi berulang kali.
Mereka bahkan hanya mencicipi seteguk air untuk bertahan dan tertidur pulas hingga sore menjemput.
"Kadang sehari tidak makan. Dan kami minum air lalu tidur dari pagi sampai sore," kisah Anastasia Febriana Mage (18) yang diamini oleh adik-adik dan kakanya.
Keenam kakak beradik tersebut begitu rapi membungkus situasi hidup mereka dengan diam. Mereka layaknya berpuasa. Mereka tidak mau minta-minta pada siapa pun. Mereka diam meski perut mereka harus membutuhkan sesuatu untuk diisi.
Kisah hidup mereka ini tak juga diketahui banyak orang. Tetangga rumah Halima Anwar (42) kadang mengetahui kejadian itu dan membantu seperlunya.
Apalagi sebagai ibu rumah tangga, Halima punya filling meski keenam anak itu tidak memberitahukan kondisi mereka saat itu.
"Mereka tidak pernah mengeluh beras tidak ada. Air galon saja mereka sulit beli apalagi air mandi. Kadang mereka pergi sekolah hanya cuci muka saja," tutur Halima.
"Yang membuat saya salut itu kekurangan mereka di dalam rumah itu banyak orang tidak tahu. Mereka tahan diri. Kalau saya panggil suara tidak ada. Maka mereka tidak makan. Mereka tidur saja itu. Di situ saya panggil untuk makan," kata Halima Anwar tetangga keenam kakak beradik tersebut, menambahkan.
Halima berharap usia anak-anak tersebut sedang dalam proses pertumbuhan, dan hal itu mereka butuh senang-senang. Saya takut mereka depresi.
"(Saya) rasa lingkungan ramai jadi mereka tidak terlalu tertekan. Takutnya mereka depresi kalau orang datang tekan mereka tagih utang. Umur begini kan usianya senang-senang," beber Halima.
Yosua Mage (22) anak kedua dari Bapak Yohanes Kalvin Mage dan Ibu Katarina Kewa Kolin mengatakan mereka sering ditelpon oleh ibunya dalam waktu dua hari sekali.
Meski begitu, ketiga adiknya tetap semangat bersekolah. Mereka tidak parah arang. Dalam keterbatasan, mereka tetap riang gembira sama seperti anak-anak seusianya.
Editor
:
Tags
Berita Terkait

Kapoldasu Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto SIK MH Dukung Kinerja Bank Sumut

Begini Cara Keluar dari WhatsApp Group Tanpa Ketahuan

Tips Mengatasi Kecanduan Gadget Pada Anak

Kompolnas Lakukan Pengawasan Pengaman Pemilu Serentak di Wilayah Polda Kalsel

Pacaran LDR, Pria Ini Kaget Setelah Tahu Identitas Asli Kekasinya

Ngeri, Pemuda di NTT Tewas dengan Tombak Tembus di Perut, Kematiannya Masih Misteri
Komentar