Harga Karet di Sumut Merosot

Redaksi - Jumat, 11 Agustus 2023 11:45 WIB
Harga Karet di Sumut Merosot
internet

bulat.co.id -MEDAN | Petani karet di Sumut kini tak lagi bergairah untuk menanam karet karena anjloknya harga. Bahkan, banyak petani karet yang beralih menjadi petani sawit.

Advertisement

Kabid Pengelolaan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Sumut Zulkifli Annoor Hasibuan mengungkapkan bahwa harga karet saat ini hanya berkisar seharga Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kg. Ia menyebut tekanan harga ini membuat banyak petani karet miskin.

Baca Juga:
Baca Juga :Varian Covid-19 Eris, Menkes: Masyarakat Tak Perlu Khawatir

"Ya tentu jelas sudah berapa tahun kita situasi harga karet anjlok. Tidak mencukupi harga panennya karet rakyat. Jangankan Indonesia, bahkan dunia untuk menjaga harga karet saja tidak sanggup. Karet dunia saja turun, tambah lagi harga karet kita sekitar Rp 7.000 hingga Rp 8.000 yang semestinya harganya itu Rp 13 ribuan," ungkap Zulkifli kepada detikSumut, Kamis (10/8/2023).

"ini sudah diprediksi sebenarnya, sudah 20 tahun harga karet ini anjlok dan menyebabkan petani miskin. jadi sekarang kondisinya terdengar kita ada yang pabrik tutup, nah akhirnya seperti itu. Harga karet kita kondisinya sekarang masih seperti ini karena memang harga karet dunia rendah," lanjutnya

Zulkifli menyebutkan bahwa petani karet mitra jauh lebih diuntungkan dibanding dengan petani yang bukan mitra. Bagi petani mitra, harga karet masih mampu didapat seharga Rp 11 ribuan. Namun, Zulkifli menyebutkan bahwa hanya lima persen petani karet yang bermitra.




"Nah bagi petani yang bermitra dengan crumb rubber atau pabrik karet, mereka mendapatkan harga yang wajar sekitar Rp 11 ribu sampai Rp 13 ribu. Nah yang tidak bermitra inilah yang menjadi masalah, yang bermitra paling sekitar 5 persen, sekitar 10 kelompok, itu ada di Deli Serdang, Sergai, sama Langkat. Di Sergai saja paling hanya 3 kelompok. jangankan untuk mencapai harga karet bagus, tapi yang wajar belum bisa kita berikan. sementara pasokan ke pabrik sudah mulai sedikit, sementara biaya produksinya pabrik karet tinggi dan pasokan tidak ada," jelas Zulkifli.

Baca Juga :Plt Bupapti Langkat Proses Ambil Alih Dermaga Ex Japex

Selain minimnya petani mitra, Zulkifli menyebutkan bahwa hingga saat ini program peremajaan karet belum diminati para petani. Ia membeberkan harga karet menjadi faktor alasannya.


"Sekarang kita punya program peremajaan karet. Satu orang pun petani tidak ada yang mau, mereka bilang untuk apa peremajaan karet sementara harga karet rendah dan tidak berpihak kepada rakyat," kata Zulkifli.

Berdasarkan data dari Disbun Sumut, perkebunan karet pada tahun 2022 memiliki lahan seluas 460.320 hektar dengan produksi 368.307 ton. Dengan rincian lahan perkebunan rakyat seluas 369.392 hektar dengan produksi 310.020 ton, lahan PTPN seluas 32.068 hektar dengan produksi 33.763 ton, dan lahan perkebunan besar swasta seluas 58.859 hektar dengan produksi 24.524 ton.

Namun begitu, produksi karet hanya 42 persen terpenuhi untuk pabrik karet, padahal pada tahun 2021 kapasitas terpasang untuk karet sebanyak 886.484 ton dari 35 perusahaan pengolah karet. Pada tahun 2022, produksi karet di Sumut sebanyak 368.307 ton, namun hingga pertengahan tahun 2023 ini, Sumut mengalami defisit bahan baku karet mencapai 58 persen atau 518.177 ton.

"Produksi karet itu cuma 42 persen terpenuhi untuk crumb rubber, selebihnya kosong tidak mencukupi. 58 persen lagi itu tidak ada pasokannya. itulah yang kondisi crumb rubber sekarang. Semua daerah saat ini merata minim produksinya. Semua daerah ingin beralih, tapi tak sepenuhnya petani kita mampu untuk beralih ke karet sebenarnya. Jadi mereka biarkan saja lah, paling diberes-bereskannya dan disimpankannya, kan tahan lama," kata Zulkifli.

"Nanti kalau sudah banyak dijualnya, nah sekarang minat petani untuk memproduksi karet sudah tidak ada lagi. cuma mungkin karena masih ada karetnya ya disadap-sadapnya juga, artinya tidak langsung dijual, disimpan dulu baru dijual," ucapnya.

Saat disinggung terkait kondisi harga karet, ia belum dapat memastikan kapan anjloknya harga ini akan berakhir.

"Kita belum tahu sampai kapan kondisi harga ini, sudah 20 tahun harga karet kita anjlok. yang masih stabil harga paling di kemitraan itu pun tidak banyak. Petani kan mengharapkannya itu Rp 15 ribu zaman dulu. ini sekarang kan Rp 7000, itu tahun 2005 sudah segini harganya," pungkasnya. (dhan/ant)

Halaman :
Editor
:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru