127 TKI Non Prosedural Terdampar di Pantai Labu Deli Serdang

Redaksi - Kamis, 11 Januari 2024 09:25 WIB
127 TKI Non Prosedural Terdampar di Pantai Labu Deli Serdang
Istimewa
bulat.co.id - DELI SERDANG | Sekitar 127 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia terdampar di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.Saat berlayar, mereka diketahui menumpang dua perahu kayu nelayan tradisional. Dari data yang diperoleh, 127 TKI ini terdiri dari 88 orang pria, 39 wanita dan 3 balita.

Advertisement
Usai terdampar, para TKI ini dikumpulkan di Aula Kantor Camat Pantailabu dan dilakukan pendataan oleh pihak Imigrasi, Polsek Pantailabu, pihak Kecamatan Pantai labu dan Koramil Beringin.

Baca Juga:
Dari pendataan oleh pihak imigrasi diketahui kalau para TKI non prosedural ini berangkat dari sejumlah daerah di Malaysia dengan dua unit kapal, sekitar Senin (8/1/24) sekitar pukul 03.00 wib kemarin dan sudah dua hari berputar putar ditengah laut. Hingga pada akhirnya para TKI mendarat ke tepi pantai Labu dengan menumpang sampan nelayan.

Para TKI berasal dari sejumlah daerah di Indonesia diantaranya Tanjung Balai, Aceh, Medan, Deliserdang, Padang, Palembang, Jambi, Bengkulu, Banten, Simalungun, solo Jawa tengah, Tangerang, Lombok dan daerah lainnya. Para TKI juga sebagian mengaku sudah ada yang enam tahun bekerja di Malaysia.

Mayoritas dari para TKI mengaku berangkat ke Malaysia melalui agen tenaga kerja bernama Raja Laut. Untuk pekerjaan mereka selama di Malaysia diantaranya pekerja restauran, pabrik, pembantu rumah tangga dan lainnya.

Bustami, warga Aceh mengatakan ia berangkat ke Malaysia dua tahun lalu melalui agen TKI Raja Laut dan ia menggunakan paspor pelancong. Setelah dua tahun bekerja di slangor Malaysia, dirinya hendak pulang ke kampung halaman, namun lantaran biaya resmi begitu besar, akhirnya mereka menumpang kapal secara sembunyi.

"Kita pulang naik sampan dari Malaysia naik kapal secara sembunyi-sembunyi, karena kalau pulang secara prosedural resmi mahal bisa sampai 6-7 jutaan ongkosnya. Makanya kami naik sampan," ucap Bustami

Sementara itu menurut Samin, warga Serang Banten mengaku sudah empat tahun bekerja di Slangor Malaysia sebagai teknisi mesin pembuat jajanan di salah satu kilang (pabrik).

"Berangkat hari Senin jam 3 pagi, kami dua kapal berangkat tapi operator kapal yang bawa kami nampaknya hanya mengantar sampai dekat pulau saja, alasannya kapal kandas. Jadi kami turun basah-basah," katanya.

"Kami sengaja pulang naik kapal kayu karena ongkos lebih murah, kalau pulang naik pesawat melalui resmi biaya sangat mahal mencapai Rp 7-8 jutaan, kalau naik kapal kayu melalui agen agen jauh lebih murah, lagi pula resiko ditahan Polisi Malaysia juga kecil. Ada yang urus tapi sayangnya kapal yang kami tumpangi tadi kandas hingga kami terpaksa naik sampan nelayan kepinggir pantai," ungkap Sarmin.

Sarmin mengungkapkan, kalau mereka pulang ke Indonesia bukan diusir tapi keinginan sendiri lantaran rindu kampung halaman.

"Tidak takut, dulu ke Malaysia juga masuknya naik sampan juga melalui agen, pakai paspor pelancong saya. Tapi ada juga tadi yang tidak punya paspor," ucapnya.

Iskandar, pihak Imigrasi Kantor Gatot Subroto Medan bersama sejumlah pegawai Imigrasi yang tiba di Kantor Camat Pantailabu langsung melakukan pendataan pada para TKI dan menanyai satu persatu identitas TKI serta biro biro agen yang mengirim mereka ke Malaysia.

Dari temuan, mayoritas TKI Non Prosedural itu dari Agen Raja Laut dan setelah didata, para TKI ini akan pulang dengan cara mandiri.

"Kami hanya melakukan pendataan pada para TKI Non prosedural ini selanjutnya mereka akan pulang masing masing ke daerah asal dengan mandiri," sebut Iskandar.

Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru