Harga Emas Masih Jeblok
Bulat.co.id - Harga emas dunia yang terus merosot membuat harga emas batangan di dalam negeri juga ikut turun. Begitu juga dengan emas batangan yang dijual di Pegadaian.
Baca Juga:
Harga emas dunia akan mempengaruhi harga emas batangan di Pegadaian 2 hari setelahnya. Artinya, penurunan harga emas dunia Senin kemarin akan berdampak Rabu har ini, (12/10/2022).
Meski demikian, ada faktor lain yang mempengaruhi yakni nilai tukar rupiah dan supply-demand. Dua faktor tersebut membuat persentase kenaikan/penurunan harga emas batangan di dalam negeri bisa lebih besar/kecil, bahkan terkadang berlawan arah.
Pada Senin lalu, (10/10/2022), harga emas dunia jeblok hingga lebih dari 1,5% dan baru berdampak pada harga emas di Pegadaian hari ini.
Melansir dari CNBC, emas Antam standar dengan berat 1 gram hari ini dijual Rp 974.000/batang, turun Rp 8.000 dari harga Selasa kemarin. Kemudian emas Antam retro dengan berat yang sama turun Rp 5.000 menjadi Rp 930.000/batang.
Emas Antam batik 1 gram dijual Rp 1.129.000/batang, turun Rp 8.000, dan emas UBS turun Rp 5.000 menjadi Rp 921.000/batang.
Penurunan harga emas dunia diperkirakan masih akan terus berlanjut, sehingga berisiko menyerat harga emas batangan di dalam negeri.
Ekonom OANDA Craig Erlam mengatakan emas seperti tidak kuat menahan gempuran dolar Amerika Serikat (AS) dan yield surat utang pemerintah AS.
Indeks dolar menguat ke posisi 113,35 atau level tertingginya sejak 27 September 2022. Posisi tersebut juga masih ada dalam kisaran tertingginya dalam 20 tahun terakhir. Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak ke 3,95% pada penutupan perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 27 September 2022.
Melonjaknya dolar AS akan membuat emas tidak menarik karena harga emas menjadi lebih mahal. Emas juga tidak menawarkan yield seperti surat utang pemerintah AS sehingga harga emas jatuh setiap kali yield naik.
"Sangat sulit menciptakan faktor bullish bagi emas. Saat ini jelas bukan kondisi yang ideal bagi emas. Kita lihat dolar AS dan yield terus menguat dan mereka menghukum emas dengan membuatnya melemah," tutur Erlam. (Red)