Harga Emas Coba Bangkit di Awal Minggu Ini
bulat.co.id - Harga emas mencoba bangkit pada pagi hari ini. Pada perdagangan Senin (26/9/2022) pukul 06:01 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.644,09 per troy ons. Harga emas menguat tipis 0,06%.
Penguatan hari ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan terakhir pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (23/9/2022), harga emas anjlok 1,64% ke posisi US$ 1.643,09 per troy ons. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak awal April 2020 atau hampir 2,5 tahun.
Baca Juga:
Dalam sepekan, harga emas masih anjlok 1,9% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas menyusut 5,3% sementara dalam setahun anjlok 6%
Kendati menguat pada pagi hari ini, harga emas kini menjauh dari level psikologis US$ 1.600 dan mendekat ke level US$ 1.500. Harga emas juga sudah turun US$ 156 sepanjang tahun ini.
Analis dari OANDA Edward Moya menjelaskan ambruknya harga emas tidak bisa dilepaskan dari melambungnya dolar Amerika Serikat (AS) dan yield surat utang pemerintah AS.
Penguatan dolar AS membuat emas tidak menarik karena makin mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield membuat emas tidak menarik.
Indeks dolar AS melonjak ke 113 pada akhir pekan lalu, titik tertingginya dalam 20 tahun terakhir. Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS melonjak ke 3,69% atau posisi tertinggi sejak April 2010.
Kencangnya pergerakan dolar AS dan yield inilah yang membuat isu resesi menjadi kurang laku untuk mengangkat harga emas. Emas biasanya akan semakin dicari saat ekonomi memburuk karena dinilai sebagai aset aman.
"Arah ekonomi ke depan jelas menuju resesi. Namun, kondisi tersebut justru membuat permintaan dolar meningkat. Ini jelas tidak baik bagi pergerakan emas," tutur Moya, seperti dilansir dari CNBC.
Fitch Solutions memperkirakan emas masih akan bergerak ke arah sideways hingga akhir tahun ini.
Senada, analis dari Saxo Bank Ole Hansen mengingatkan jika harga emas masih sangat rawan pelemahan karena market masih memperkirakan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS tetap menguat.
"Emas dan logam mulia lain akan terus tertekan sampai market melihat dolar AS dan yield sudah melewati puncaknya," ujar Hansen. (Red)