Cegah Penyebaran Paham Intoleran, Radikalisme dan Terorisme, Pemda Manggarai Timur Gandeng Densus 88 Gelar Silaturahmi Bersama

Istimewa
bulat.co.id -NTT | Cegah Penyebaran Pahan Intoleran, Radikalisme dan Terorisme, Pemda Manggarai Timur gandeng Densus 88 Gelar Silaturahmi Bersama.
Pemerintah daerah (Pemda) Manggarai Timur ( Matim) bersama Tim Idensos SGW NTT Densus 88 AT Polri menggelar silaturahmi bersama dengan tema 'Silaturahmi Dan Deklarasi Penolakan Paham Intoleran, Radikalisme dan Terorisme Dalam Rangka Mewujudkan Kabupaten Manggarai Timur yang Aman, Damai dan Sejahtera, yang diselenggarakan di aula Kantor Bupati Matim, pada kamis 07 Desember 2023.
Dalam sambutannya mewakili Kasatgaswil NTT Densus 88 AT Polri, Kapolres Manggarai timur, AKBP I Widiarta, SH,.S.I.K.M.Si menegaskan bahwa terorisme merupakan kejahatan Trans Nasional (Lintas Negara) dan merupakan musuh bersama.
"Terorisme merupakan kejahatan trans nasional dan merupakan musuh bersama. Oleh karena itu, upaya pencegahan terhadap perilaku intoleransi, radikalisme dan terorisme merupakan upaya bersama. Penanganan terhadap persoalan terorisme sudah dilakukan secara global," kata Kapolres.
Lebih lanjut, dirinya ungkapkan pentingnya silaturahmi tersebut.
"Selain untuk menjaga persatuan dan persaudaraan, terutama juga untuk memberikan gambaran tentang persoalan intoleran, radikalisme dan terorisme yang masuk ke wilayah kita sehingga dapat di cegah dan diantisipasi," Lanjut Kapolres.
Mengakhiri sambutannya, Kapolres Manggarai Timur, AKBP I Widiarta, SH,.S.I.K.M.Si berharap, kegiatan silaturrahmi dan deklarasi ini dapat
"Memberikan manfaat bagi kita semua" pungkasnya.
Sementara itu, senada dengan Kapolres Matim, Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, SH., M.Hum, dalam sambutannya juga menegaskan bahwa terorisme merupakan persoalan global yang sangat urgent untuk selesaikan. untuk menyelesaikan persoalan ini dibutuhkan kerjasama dan keterlibatan seluruh elemen bangsa.
Persoalan terorisme, menurutnya, selalu berawal dari sikap intoleran yang kemudian berkembang menjadi radikal, oleh karena itu sangat penting untuk menjaga sikap toleransi yang menghargai perbedaan.
"Toleransi tidak sekedar sebuah kalimat. Toleransi itu berarti menerima dan menghargai segala perbedaan yang ada" ungkapnya.
Pentingnya menghargai perbedaan ini, lanjut Bupati, karena perbedaan merupakan sesuatu yang melekat dan given dalam diri manusia. "Meskipun kita dilahirkan dari rahim ibu yang sama pasti akan memiliki karakter yang berbeda," terangnya.
Manusia, menurut Bupati, diciptakan Tuhan selalu baik adanya. Munculnya perbedaan dalam diri manusia merupakan hasil dari dinamisasi kehidupan sosial, oleh karena itu kebebasan harus dihargai, namun tidak ada sebuah kebebasan yang mutlak.
"Tidak ada kebebasan dan keadilan yang mutlak, karena selalu dibatasi oleh kebebasan dan keadilan orang lain. Ketika kebebasan dipahami sebagai satu kebebasan yang mutlak, dampaknya adalah munculnya paham-paham radikal yang berujung pada terorisme"
"Orang mulai mengatakan bahwa keyakinan dan paham saya yang paling benar, yang lain salah dan tidak benar" imbuhnya.
Dalam konteks Manggarai Timur, kata bupati, budaya toleransi sesungguhnya telah tertanam dan berurat akar dalam kehidupan sosial masyarakat.
"Budaya toleransi sudah tertanam dalam kehidupan masyarakat Matim. Ketika hari raya Lebaran, biasanya Pemuda Katholik menjaga keamanan begitu pun sebaliknya pada saat natal, para remaja masjid berpartisipasi menjaga keamanan," Tutur Bupati Agas.
selain menjelaskan tentang pentingnya menjaga toleransi, Bupati Agas juga mengingatkan tentang pemanfaatan media sosial [Medsos] secara bijak.
"Jangan menggunakan medsos untuk menghancurkan satu sama lain. Gunakan medsos untuk membangun hal yang positif," ucap Bupati.
mengakhiri sambutannya, Bupati Matim, Agas Andreas, SH., M.Hum, mengingatkan bahwa NKRI dan Pancasila merupakan konsep yang sudah final dan tak boleh diutak-atik kembali. "Pancasila telah disepakati oleh pendiri bangsa sebagai dasar Negara. Hal tersebut didasari atas refleksi kehidupan berbangsa" Pungkasnya.
Usai sambutan Bupati Matim, rangkaian kegiatan Silaturahmi Dan Deklarasi Penolakan Paham Intoleran, Radikalisme dan Terorisme dilajutkan dengan pemaparan materi diskusi pemateri.
Kali ini Tim Idensos SGW NTT Densus 88 AT Polri menghadirkan Muhammad Ulil Al-Bab Djalaluddin atau yang kerap disapa dengan Gus Ulil sebagai pemateri diskusi. Beliau merupakan Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Falah Wonosobo.
sebelum memaparkan materi diskusi, Gus Ulil mengungkapkan kekaguman tentang Manggarai Timur.
"Manggarai Timur bak kepingan surga yang jatuh ke bumi," ungkapnya.
Kekaguman ini didasari ketakjubanya akan keindahan dan keasrian alam serta toleransi yang ada di Manggarai Timur.
Dalam pemaparan materinya, Gus Ulil menyampaikan bahwa dalam mengatasi persoalan Intoleransi, Radikalisme dan terorisme merupakan tugas bersama.
"Ini merupakan tugas kita bersama, menjaga keamanan dan kenyamanan Kabupaten Manggarai Timur. Kita harus menjaga kesatuan bangsa ini dengan bersama-sama menolak Intoleransi, radikalisme dan Terorisme," ucapnya.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Falah Wonosobo ini, tantangan yang terjadi saat ini adalah munculnya virus global, yakni Ideologi terorisme dan intoleran yang merusak keberagaman suku dan agama ke banyak negara termasuk Indonesia.
Dalam konteks yang demikian, menurut Gus Ulil, pemerintah Matim harus menjadi garda terdepan dalam mencegah berkembangngnya paham Intoleran dengan terus memperkuat wawasan kebangsaan.
lebih jauh, menurut Gus Ulil, perilaku intoleran, Radikalisme dan Terorisme tidak serta merta selalu dihubungkan dengan umat Islam
"Terdapat begitu banyak prilaku yang sama pada pemeluk agama lain. Radikalisme itu tidak identik dengan islam. Kebetulan saja Indonesia rakyatnya mayoritas islam" tuturnya.
Ia pun membeberkan fakta di negara lain, di India misalnya, pelaku teroris bukan orang islam, melainkan kaum radikalis Hindu. Begitu juga dengan yang terjadi pada negara-negara barat seperti amerika.
Muncul dan berkembangnya paham radikal tentunya perlu diwaspadai dan harus ditangkal. Kaum radikal, menurut Gus Ulil, gemar sekali membenturkan agama dengan demokrasi, padahal proses demokrasi itu sendiri merupakan esensi dari ajaran islam.
"Nabi Muhammad, SAW sering melakukan musyawarah. Saya tidak pernah mendengar orang yang paling banyak berdiskusi selain nabi Muhammad," Ujar Gus ulil
Selain itu, ulama muda ini juga tidak membenarkan sikap kaum radikal yang kerap kali membenturkan pancasila dengan agama.
Baginya Pancasila sudah selaras dengan agama apapun yang ada di Indonesia, sedangkan Sistem khilafah yang selalu didengungkan kaum radikal, sesungguhnya tidak bersumber dari Al Qur'an atau pun dari ajaran Nabi Muhammad.
Dalam rangkaian acara Silaturahmi dan Deklarasi Penolakan Paham Intoleran, Radikalisme dan Terorisme,Tim Idensos SGW NTT Densus 88 AT Polri, juga menghadirkan Yanto, seorang warga Manggarai Timur yang beberapa tahun silam sempat bergabung dengan organisasi Terorisme terbesar di Asia Tenggara, Jama'ah Islamiah.
Pada moment tersebut, Yanto memberikan testimoni terkait keterlibatannya dan sepak terjang kelompok teroris Jama'ah Islamiah.
Akhir dari silaturahmi tersebut ditutup dengan deklarasi bersama menolak paham Intoleran, Radikalisme dan Terorisme. Secara simbolis dokumen deklarasi ditandatangi oleh Bupati dan Kapolres, juga perwakilan camat dan Kepala Desa Se- Kabupaten Manggarai Timur
Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait

Pelaku Penganiaya di Puncak Waringin Labuan Bajo Ditangkap, Terancam Penjara 9 Tahun

3 Anak Kampung Desa Watu Manggar Manggarai Barat Rindu Kehadiran Listrik Negara

Uskup Labuan Bajo Jalan Salib Bersama Tahanan di Labuan Bajo

Sainal Mengaku Keliru, Yang Menyebut Kerusakan Lahan Pertanian karena Bencana Alam Bukan Penyidik

Ferdy Hasiman Minta Pemda Terapkan Pajak Gelombang Udara

Pelaku Pembunuhan di Labuan Bajo Terancam Bui 15 Tahun
Komentar