Apakah Daerah Pemalang Erat Kaitannya Dengan Kerajaan Galuh Purba? Ini Penjelasanya

- Rabu, 05 April 2023 16:00 WIB
Apakah Daerah Pemalang Erat Kaitannya Dengan Kerajaan Galuh Purba? Ini Penjelasanya
Advertisement


Baca Juga:


Mereka yang menetap di sekitar Gunung Cermai mengembangkan peradaban Sunda. Sedang yang berada di Gunung Slamet berinteraksi dengan penduduk setempat dan kemudian mendirikan Kerajaan Galuh Purba.



Galuh Purba tumbuh dan berkembang menjadi kerajaan yang besar dan disegani. Menurut van der Meulen, hingga abad ke-6 M wilayah kekuasaannya cukup luas meliputi daerah Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Kedu, Kulonprogo dan Purwodadi.



Kerajaan itu mengalami pasang surut seiring dengan perkembangan kerajaan dan kadipaten di berbagai pelosok Jawa dengan pemimpin yang sebenarnya masih berkerabat.



Sebagian besar menggunakan nama Galuh, seperti Galuh Rahyang dan Galuh Kalangon yang lokasi di Brebes, ibukota di Medang Pangramesan.



Kemudian, Galuh Lalean di Cilacap dengan ibukota di Medang Kamulan, Galuh Tanduran di Pananjung dengan ibukota di Bagolo, Galuh Kumara lokasi di Tegal dengan ibukota di Medang Kamulan, Galuh Pataka lokasi di Nanggalacah ibukotanya Pataka.



Lalu ada Galuh Nagara Tengah di Cineam beribukota Bojonglopang, Galuh Imbanagara di Barunay (Pabuaran), ber ibukota di Imbanagara dan Galuh Kalingga lokasi di Bojong beribukota di Karangkamulyan.



"Lalu, atas berbagai sebab, pada abad ke 6 Kerajaan Galuh Purba kemudian berpindah ke Kawali dan mengganti namanya menjadi Galuh Kawali," imbuh Gunanto.



Keturunan-keturunan Galuh Purba ini menyebar dan mendirikan berbagai macam kerajaan dan melahirkan Wangsa Syailendra, Dinasti Sanjaya yang selanjutnya melahirkan raja-raja di Tanah Jawa. "Oleh karena itu, bisa dibilang Galuh Purba dari Lereng Gunung Slamet inilah induk dari kerajaan-kerajaan di Jawa," imbuh Gunanto.



Gunanto menambahkan jejak 'ketuaan' Galuh Purba bisa terlihat dalam kajian Eugenius Marius Uhlenbeck yang dituangkan dalam bukunya : "A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura" (1964).

Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru